Sabtu, 20 Oktober 2007

INDONESIA
Akan Menghadapi Krisis ?

Sri Mulyani : “Situasi saat ini mirip krisis”

Kalimat tersebut merupakan kutipan langsung dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sebuah konferensi pers. Pernyataan tersebut disampaikan setelah mengikuti pertemuan internasional dengan para pejabat Bank Pembangunan Asia (ADB) dan konsultan asing di Kyoto, Jepang. Para pejabat Bank ADB menjelaskan hasil analisanya, bahwa kondisi negara-negara Asia saat ini sudah mirip kondisi tahun 1997 dalam pertemuan tersebut.
Namun menteri perekonomian dan Gubernur Bank Indonesia (BI) tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Menteri Keuangan. Kabar bahwa keadaan Indonesia cukup mengkhawatirkan membuat masyarakat resah. Dampak akibat krisis pada tahun 1997/1998 masih membekas, inflasi masih terus terjadi.
Apa yang disampaikan Menteri Keuangan bahwa kondisi perekonomian Indonesia cukup mengkhawatirkan bukanlah isu baru. Para ekonom domestik yang tergabung dalam Tim Indonesia Bangkit telah menyampaikan kekhawatiran akan terjadinya kembali krisis ekonomi. Sejak Januari peringatan tersebut telah diberikan, bahkan Tim Ekonomi sudah diminta untuk mengubah haluan kebijakan ekonomi untuk menghindari krisis. Sayang, peringatan itu hanya dianggap angin lalu oleh Tim Ekonomi SBY-JK.
Potensi Krisis
Sebenarnya setiap negar yang pernah menghadapi krisis, berpotensi kembali dilanda krisis. Apalagi jika membaiknya ekonomi dikarenakan utang luar negeri, bukan dari kinerja ekspor ataupun investasi. Telah kita ketahui “dokter” krisis moneter dunia adalah IMF, siapapun yang menjadi pasiennya, apapun bentuk sosial-budaya serta kebijakan ekonominya, obatnya sama : UTANG. Setiap negar diguyur oleh utang luar negeri, dan mendorong perombakan struktur ekonomi di berbagai sector agar lebih terintegrasi dengan ekonomi global yang sarat dengan kepentingan negara besar.
Sebagai contoh, Argentina yang menjadi pasien IMF sejak 1970 bergabung dengan IMF pada tahun 1999 terjadi krisis kembali. Sembuh sementara namun kemudian kambuh lagi. Hal yang sama pernah terjadi pada Brazil, Paraguay, Turki, Rusia, dan sebagainya.
Meskipun kerjasama dengan IMF telah berakhir dan utang IMF telah terbayar, Indonesia masih terbelit hutang, bahkan menambah utang pada Bank Dunia dan ADB. Serta Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Privatisasi pun masih terjadi, bahkan menteri BUMN yang baru menegaskan akan segera melakukan PRIVATISASI pada BUMN. Belum lagi liberalisasi yang terus digemborkan.
Krisis mungkin terjadi karena Indonesia saat ini mengalami stabilitas makroekonomi yang semu, yang bukan didukung oleh meningkatnya daya saing maupun produktifitas di sector riil. Tingginya cadangan devisa, salah satu indikasi makroekonomi yang melonjak tajam bukanlah suatu prestasi, karena itu terjadi kaibat masuknya Hot Money. Dana-dana jangka pendek dengan deras masuk ke Indonesia, Hot money inilah yang membahayakan Indonesia. Memang sector finansial telah mengalami kenaikan yang cukup besar. Namun jika uang yang masuk dengan cepat mereka tarik kembali dengan cepat pula, apa yang terjadi dengan Indonesia? KRISIS!. Indonesia akan kekurangan dana.
Namun kita sebagai warga negara yang baik tentunya tidak menginginkanya, bukan begitu?. Tidak ada yang menginginkan krisis terjadi kembali. Kita hanya bisa berharap agar semua itu tidak terjadi, Tim Ekonomi SBY-JK bisa menyelesaikan masalah ini, dan kita menjalankan hidup dengan tenang kembali, tanpa dihantui rasa takut, itulah yang kita inginkan!. Semoga…..
Dilansir dari AL ISLAM edisi 355 /tahun VIII